Konsep dasar evaluasi
A. Pengertian
program dan evaluasi program
Pengertian
evaluasi dalam kamus besar bahasa indonesia diartikan bahwa evaluasi adalah
penilaian, yaitu pemberian penilaian secara terus-menerus.
Ada
tiga istilah yang digunakan dan perlu disepakati pemakaiannya sebelum
disampaikan lebih jauh tentang evaluasi program yaitu evaluasi, pengukuran dan
penilaian. Evaluasi berasal dari kata evaluation. Kata tersebut diserap dalam
bahasa indonesia dengan tujuan mempertahankan kata aslinya dengan penyesuaian
lafal indonesia menjadi evaluasi. Kata
penilaian merupakan kata benda dari nilai. Pengukuran mengacu kepada kegiatan
membandingkan ssuatu hal dengan satuan ukuran tertentu. Sehingga sifatnya
menjadi kuantitatif.
Definisi
yang dituliskan dalam kamus Oxfor Advanced Learner’s Dictionary of Current
English ( AS Hornby, 186 )evaluasi adalah to find out, decide the amount or
value artinya suatu uapaya untuk menentukan nilai atau jumlah. Selai dari
terjemahan, kata – kata yang terkandung dalam definisi tersebut pun menunjukan
bahwa kegiatan evaluasi harus dilakukan secara hati – hati, bertanggung jawab,
menggunakan strategi dapat dipertanggung jawabkan. Evaluasi adalah sebuah
proses menetukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan
untuk mendukung tercapainya tujuan ( Suchman, 1961 dalam anderson, 1975 ).
Evaluasi adalah kegitan mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatau dalam
mencari sesuatu tersebut, juga termasuk mencari informasi yang bermanfaat dalam
menilai keberadaan suatu program produksi prosedur serta alternatif strategi
yang diajulkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan ( Worthen dan
sanders, 1973 dalam anderson, 1975 ) evaluasi program adalah evaluasi merupakan
proses penggambaran, pencarian dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat
bagi pengambilan keputusan dalam melakukan alternatif keputusan.
Dari
bebrapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah kegiatan
untuk emngumpulkan informasi tentang bekerja sesuatu yangselanjutnya informasi
tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil
sebuah keputusan.
B.
Manfaat
evaluasi program
Program
adalah rangkaian kegiatan sebagai realisasi dari suatu kebijakan. Wujud
dari hasil evaluasi program adalah
rekomendasi dari evaluator untuk mengmbil keputusan. Ada 4 kemungkinan dalam
mengambil kebijakan pelaksanaan program keputusan, yaitu:
1.
Menghentikan
program
2.
Merevisi
program
3.
Melanjutkan
program
4.
Menyebarluaskan
program (melaksananakan program di tempat-tempat lain atau mengulangi lagi program
di lain waktu)
C.
Evaluator
program
Hal
yang harus diperhatikan dalam menjadi seoraang evaluator program, yaitu:
1.
Mampu
melaksanakan program evaluasi
2.
Cermat
3.
Objektif
4.
Sabar
dan tekun
5.
Hati-hati
dan bertanggung jawab
Evaluator
dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a.
Evaluator
dalam (internal evaluator)
Adalah petugas evaluasi
yang sekaligus pelaksana program evaluasi .
Kelebihan dari evaluasi
dalam yaitu:
1.
Evaluator
memahami akan evaluasi sehingga
dimungkinkan tepat sasaran
2.
Pengambilan
keputusan tidak banyak mengeluarkan dana untuk membanyar petugas evaluasi
Kekurangan
dari evaluasi dalam yaitu:
1.
Adanya
unsur subjektifitas dari evaluator, sehingga berusaha menyampaikan aspek positif dari program yang dievaluasi
2.
Kurang
sabar dari evaluator program
b.
Evaluator
luar (external Evaluator)
Orang-orang yang tidak
terkait dengaan kebijkan dan implementasi program yang berada di luar program
yang akan dilakukan
Kelebihan dari evaluasi
luar yaitu:
1.
Karena
bertindak secara objektif melaksanakan
evaluasi dan mengambil kesimpulan.
2.
Mempertahankan
kredilitas kemampuannya
Kekurangan
dari evaluasi luar yaitu:
1.
Karena
pelaku evaluator dari luar, maka dalam mengambil kebijakan tidak mengetahui
seluk beluk mengenai program yang dilakukan
2.
Adanya
pemborosan, karena pengambil keputusan mengeluarkan banyak dana untuk
pelaksanaan kegitan evaluasi
D.
Tujuan
dan sasaran evaluasi program
Tujuan
dari evaluasi program yaitu tujuan umum (diarahkan pada program secara
keseluruhan) dan tujuan khusus (diarahkan pada masing-masing komponen). Untuk
melakukan evalulasi program dituntut untuk mampu mengenali komponen-komponen
program
Untuk
menentukan sasaran evaluasi, maka evaluator perlu mengenali program dengan baik,
terutama komponen-komponennya. Karena sasaran evaluasi program secara
keseluruhan tetapi komponennya. Sasaran evaluator diarahkan pada komponen agar
pengamatannya dapat lebih cermat dan data yang dikumpulkan lebih lengkap
pula.untuk itu evaluator harus memilki kemampuannya mengidentifikasi komponen
program yang akan dievaluasi.
Kaitan
antara tujuan program dengan tujuan evaluasi program
Evaluasi
program dilakukan dengan cara yang sama dengan penelitian. Jadi evaluasi
program tersebut adalah penelitian yang mempunyai ciri khusus yaitu melihat
keterlaksanaan program sebagai pelaksanaan program sebagai realisasi kebijakan
untuk menentukan tindak lanjut dari program tersebut. Sehingga kesimpulan
penelitian diikuti dengan saran maka evaluasi program selalu harus mengarah
pada pengambilan keputusan sehingga harus diakhiri oleh rekomendasi kepada pengambil
keputusan. Evaluasi program selalu diarahkan kepada perolehan rekomendasi
sehingga tujuan evaluasi program tidak boleh terlepas dari tujuan program yang
akan dievaluasi. Keduanya selalu terkait karena tujuan program ini merupakan
dasar untuk merumuskan tujuan evaluasi program. Secara singkat dapat dibuat sebuah ketentuan bahwa tujuan
evaluasi program harus dirumuskan dengan titik tolak tujuan program yang
dievaluasi.
E.
Kriteria
evaluasi program
Istilah
“kriteria” dalam penilaian sering dikenal dengan tolok ukur atau standar.
Kriteria atau tolok ukur yang digunakan menakar kondisi objek yang dinilai.
Kriteria
diperlukan dalam evaluasi program yaitu:
1.
Dengan
adanya kriteria atau tolok ukur, evaluasi dapat melakukan penelitian terhadap
objek yangh akan dinilai karena adanaya
patokan yang diikuti
2.
Kriteria
atau tolok ukur yang sudah dibuat dapat digunakan untuk menjawab atau
mempertanggungjawabkan hasil penelitian yang sudah dilakukan
3.
Mengekangmasuknya
unsur subjektif yang ada pada diri si penilai
4.
Memberikan
arahan kepada evaluator yang ditarfirkan kepada para penggunanya.
5.
Dengan
adanya kriteria atau tolok ukur maka hasil evaluasi akan sama meskipun
dilakukan dalam waktu yang berbeda dan dalam kondisi fisik penilai yang berbeda
pula.
Hal
yang merti diperhatikan dalam pembutana kriteria yaitu:
a.
Sumber
pertama
Implementasi kebijakan
maka yang dijadikan sebagi kriteria adalah peratuiran mengenai kebijakan yang
bersamgkutan.
b.
Sumber
kedua
Dalam mengeluarkan
kebijakan biasanya disertai dengan buku pedoman atau petunjuk pelaksanaan.
Pedoman dan petunjuknya itulah yang dijadikan sebagai sumber kriteria yang
dimaksudkan sumber kedua.
c.
Sumber
ketiga
Apabila tidak ada
ketentuan atau petunjuk pelaksanaan yang dapat digunakan oleh penyusun sebagai
sumber kriteria maka penyusun menggunakan konsep atau teori yang terdapat padda
buku ilmiah.
d.
Sumber
keeempat
Jika tidak ada ketentuan,
peraturan atau petunjuk pelaksanaannya juga tidak ada teori yang diacu,
penyusun disarankan untuk menggunakan hasil penelitian.
e.
Sumber
kelima
Apabila penyusun tidak
menemukan acuan yang tertulis dan mantap dapat miintaq bantuan pertimbangan
kepada orang yang dipandang mempunyai kelebihan dalam bidang yang dievaluasi
sehingga terjadi langkah yang dikenal dengan expert judgment.
f.
Sumber
keenam
Menentukan kriteria
secara bersama dengan anggota tim atau beberapa orang yang mempunyai wawasan
tentang program yang akan dievaluasi. Perbedaaan ini dengan expert judgment
adalah seorang expert memiliki keahlian yang menonjol sedangkan kelompok yang
diundang dalam diskusi tidak harus yang sangat mempunyai kemampuan lebih.
Kriteria atau tolak ukur yang tersusun dari diskusi ini merupakan hasil
kesepakatan kelompok.
g.
Sumber
ketujuh
Melakukan pemikiran
sendiri, dalam keterpaksaan ini penyusun kriteria atau tolak ukur hanya
mengandalkan akal atau penalaran sendiri sebagai dasar untuk menyusun kriteria
yang akan digunakan dalam mengevaluasi program. Jika didalam menggunakan masih
kesulitan penyusun harus meninjau kembali dan wajib memperbaiki sampai mencapai
suatu rumusan yang sesuai dengan kondisi
yang ada
Landasan
Teori PKL
A.
Belajar,
kualitas proses dan hasil belajar
1.
Pengertian
belajar
Seorang
ahli berpendapat bahwa “ belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interasi dengan
lingkungan”.( salameta, 1995:2).
Ada
pendapat lain mengenai belajar yaitu belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang relatif
menetap baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung
yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dalam interaksinya
dengan lingkungan. ( TIM Penulis Buku Psikologi Pendidikan, 1991:59).
Ada
lagi seorang ahli yang menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku,
baik yang diamati maupun yang tidak diamati secara langsung dan terjadi dalam
diri seseorang karena pengalaman. ( Dimyanti Mahmud, 1989: 121-122 ).
Sehingga
dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang
atau individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang menetap yangh dapat diamati maupun tidak
mampu diamati secara langsung, perubahan tersebut terjadi dari hasil latihan
atau pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungan.
2.
Pengertian
kualitas proses
Pada
kamus bahasa indonesia kulaitas dapat diartikan berdasarkan mutu ( Badudu dan
Zain, 1996: 1092 ). Sedangkan hasil belajar yang lazimnya disebut prestasi
belajar adalah hasil studi yang dicapai selama mengikuti pelajaran pada periode
tertentu dalam suatu lembaga pendidikan dimana hasilnya dengan angka – angka
atau simbol – simbol. ( Soemardi Soeryabrata,1981 : 356). Prestasi belajar
diartikan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dari apa yang sudah
diusahan dalam belajar. ( Badudu dan Zain, 1996).
Dari
pengertian diatas dapat disimpulakan bahwa kualitas proses belajar adalah mutu
jalanya belajar yang dilakukan oleh siswa. Dan kualitas hasil belajar siswa
adalah mutu hasil yang dicapai selama mengikuti pelajaran pada periode tertentu dalam suatu lembaga
pendidikan yang hasilnya dinyatakan
dengan angka – angka atau simbol – simbol.
3.
Teori
– teori belajar
Penjelasan
teori menurut Brunner adalah
Bahwa
dalam proses belajar siswa sebaiknay diberikan kesempatan untuk memanipulasi
benda – benda ( alat peraga ). Dengan alat peraga tersebut, siswa dapat melihat
langsung bagaimana keteraturan serta pola yang t erdapat dalam benda yang
sedang dipelihatkannya, keberaturan tersebyut selanjutnya dihubungkan oleh
siswa dengan keteraturan intuitif yang telah melakat pada dirinya. (
Ruseffendi,dkk, 1990 : 109 )
Selanjutnya
teori belajar menurut Thomdike adalah
Ø Low of effect ( hukum
pengaruh )
Belajart
adalah pembentukan hubungan korelasi antara stimulus dan respon dan problem
solving dapat dilakukan dengan cara trial and error. Faktor penting yang
m,empengaruhi semua belajar adalah eword atau pernyataan kepuasan pada suatu
kejadian.
Ø Low of exercise ( hukum
latihan )
Latihan
adalah prinsip belajar yang pada umumnya dinyatakan hubungan antara S dan R
akan menjadi semakin kuat dan semakin sering respon ( R ) dilaksanakan terhadap
S. Dengan latihan berkali – kali hubungan antara S dan R akan melemah bila
dihentikan.
Teori
asosiasi yaitu hubungan antara stimulus dan respons. Hubungn itu bertambah kuat
bila sering diulangi dan respon yang tepat diberi ganjaran berupa makanan atau
pujian atau cara laian yang memberi rasa puas.
Dari
uraian teori belajar diatas dapat disimpulakan bahwa
Ø Penting sekali keaktifan
siswa dalam proses belajar mengajar
Ø Siswa lebih suka apabila
belajar mengajar dilengkapi dengan objek – objek yang dapat digunakan oleh
siswa
Ø Melakukan latihan
dan mengulang – ulang bahan pelajaran
akan berpengaruh pada keberhasilan belajar
Ø Bila kurang latihan
prestasi belajar akan menurun
Ø Apabila siswa dapat
merespon dengan baik akan diberikan ganjaran.
4.
Faktor
– faktor yang mempengaruhi belajar
Belajar
sebagai suatu proses atau aktifitas banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor,
faktor yang mempengaruhi belajar adalah :
a.
Faktor
– faktor yang berasal dari luar diri pelajar, danini masih lagi dapat
digolongkan menjadi dua golongan dengan catatan overlapping tetap yaitu :
Ø Faktor non sosial
Ø Faktor sosial
b.
Faktor
– faktor yang terdapat pada diri sendiri dan ini pun dapat lagi digolongkan
menjadi dua golongan yaitu :
Ø Faktor fisiologis
Ø Faktor psikologis
Ada
faktor lain lagi tentang faktor mempengaruhi belajar yaitu proses belajar dan
hasil belajar dapat dipengaruhi oleh dua kelompok faktor, yaitu faktor yang berasal
dari individu yang sedang belajar dan faktor yang berasal dari luar diri
individu. Faktor yang terdapat pada dalam individu. Faktor yang terdapat pada
dalam individu yaitu faktor psikis dan fisik. Yang termasuk psikis adalah
kognitif, efektif, sikomotorik, campuran dan kepribadian. Sedangkan yang
termasuk dalam faktor fisik antara lain kondisi indra, anggota badan, tubuh,
kelenjar, syaraf dan organ – organ dalam tubuh. Faktor psikis dan fisik
ditentukan oleh faktor keturunan maupu lingkungan. ( Tim Penulis Buku Psikologi
Pendidikan, 1991 : 60 ).
5.
Ketuntasan
belajar ( kepahaman terhadap pelajaran )
Pengertian
ketuntasan dalam belajar dapat diambil dari pengertian belajar tuntas yaitu
semua siswa tidak terkecuali dapat menguasi semua tujuan pelajaran yang
dipelajari dalam tempo balajar tertentu, yang dicapai dengan segala cara yang
tepat dan disesuaikan dengan adanya perbedaan individual siswa dalam kelas.
Jadi
seorang siswa dikatakan memehami pelajaran jika ia sudah menguasi semua tujuan
yang telah direncanakan dan sudah tuntas belajar. Yang terjadi pada siswa dalam
belajar ketuntasan itu berjenjang yaitu tuntas, agak tuntas dan tidak tuntas.
Seperti dijelaskan dalam kriteria ketuntasan belajar adalah bagi mereka yang
belum berhasil mencapai sekurang – kurangnya 75 % benar dari semua soal
mengikuti kegiatan perbaikan dengan macam – macam bentuk perbaikan. Untuk
mereka yang telah memenuhi kriteria keberhasilan sekurang – kurangnya 75% benar
dari seluruh soal yang diberikan dapat melakukan kegiatan pengayaan atau
bertindak sebagai tutor sebaya, apabila ditunjuk guru untuk membantu mereka yang belum berhasil.
Dengan kata lain siswa keberhasilannya dibawah 75%
dapat dikatakan anak tuntas ( tidak memahami ), tidak tuntas ( tidak memahami
).
B.
Proses
belajar mengajar
1.
Pengertian
proses belajar mengajar adalah proses belajar mengajar meliputi kegiatan yang
dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai dengan
evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran. ( B. Suryosubroto, 1997 :3 )
Ada
ahli lain yang mengemukakan tentang proses belajar mengajar yaitu proses
belajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru atas
siswa dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu.
Selanjutnya
proses belajar mengajar adlaah belajar mengajar sebagai proses dapat mengandung
dua pengertian yaitu rentetan tahapan atau fase dalam mempelajari sesuatu dan
dapat pula berarti sebagai rentetan kegiatan perencanaan oleh guru pelaksanaan
kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut.
Sehingga
dapat disimpulakan bahwa pengertian proses belajar mengajar adalah merupakan kegiatan pendidikan disekolah yang
terdiri dari rentetan tahapan atau fase untuk mempelajari sesuati, yang dimulai
dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi dan program tindak
lanjut yang berlangsung secara dedukatif untuk mencapai tujuan pengajaran.
2.
Pendekatan
individual dalam proses belajar mengajar
Dijelaskan
diatas bahwa proses belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan pendidikan
disekolah agar tujuan pendidikan dan pengajaran dapat berjalan lancar dan
benar. Juga dijelaskan bahwa guru adalah sebagai pengelola proses belajar
mengajar, kelas dan siswa, agar dapat tercipta situasi belajar mengajar yang
komunikatif dan edukatif antara gurr dan siswa. Sesuai hal tersebut guru harus
memngingat bahwa siswa di kelas mempunyai perbedaan anatra satu dan lainnya
antara lain : kecerdasannya, daya serapnya, jasmaninya, latar belakang
ekonominya, sosialnya dan sebagainya, maka guru harus mencari pendekatan yang
tepat. Bahwa pada kasus – kasus tertentu dalam proses belajar mengajar dapat
diatasi dengan pendekatan individual, maksudnya guru harus memperhatikan perbedaan
– perbedaan yang terdapat pada siswa – siswanya pada aspek individual, guna
menciptakan strategi mengajar yang tepat. Tokoh lain menegaskan bahwa proses
belajar mengajar yang menggunakan pendekatan individual, adalah guru memandang
peserta didik bukan hoomogen, mereka mempunyai perbedaan – perbedaan antara
satu dengan yang lainnya, perbedaan itu
pada aspek individual yaitu perbedaan sikap, minat, kemampuan dan cara
kerja. Oleh karena itu harus memberikan kesempatan pada mereka untuk bekerja
secara individual berdasarkanminatg mereka.
Pengertian
diatas dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar yang menerapkan
pendekatan individual maksudnya adalah dalam proses belajar mengajar guru
memperhatikan perbedaan – perbedaan siswa pada aspek individual dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara individual secara minat mereka
serat memberikan pelayanan secara individual.
3.
Motivasi
dalam proses belajar mengajar
Motivasi
adalah motif atau hal yang sudah aktif pada saat tertentu terutama bila kebutuhan
untuk mencapai tujuan terasa mendesak. Sedangkan motivasi belajar adalah
keseluruhan daya pnggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar mengajar dan memberika arahan
pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.
C.
Perbedaan
individual
1.
Kecerdasan
dibedakan menjadi dua yaitu :
a.
Anak
lamban, mereka memerlukan banyak latihan yang
bermakna dan membutuhkan lebih banyak waktu untuk majui dari tipe
belajar yang satu ke tipe belajar yang berikutnya. Mereka tidak melakukan
observasi
b.
Anak
yang memiliki IQ tinggi biasanya mempunyai tingkat perhatian yang lebih baik,
belajar cepat, kurang memerlukan latihan, dapat menyelesaikan pekerjaannya
dalam waktu singka dan mampu mengambil
kesimpulan dan dapat melakukan observasi.
2.
Bakat,
untuk mengetahui bakat anak melalui obtitude tes, hasil tes dapat digunaklan
sebagai petunjuk memperkirakan hasil belajar.
3.
Keadaan
jasmani, perbedaan jasmani dapat menentukan pelayanaan guru terhadap anak -
anak
4.
Penyesuaian
sosial dan emosional dapat berpengaruh pada perbuatan belajar, minat
kepercayaan pada diri sendiri dan keyakinan atas nilai hasil belajar
5.
Prestasi
belajar, perbedaan iini disebabkan atas faktor – faktor seprti kematangan
akibat kemajuan, umur kronologis, latar belakang pribadi, sikap dan bakat
terhadap suatu bidang pelajaran dan jenis mata pelajaran yang diberikan.
6.
Anak
yang mengalami kesulitan seperti handikap jasmani, kesulitan bicara dan
kesulitan menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Guru harus membantu agar
kesulitan bicara dan kesulitan
menmyesuaikan diri terhadap lingkungan. Guru harus membantu agar
kesulitan yang dilami anak dapat terselesaikan.
Perbedaan
individual juga dijelaskan oleh ( Tim Penulis Buku Psikologi pendidikan,1991:42-58
) bahwa manusia memiliki perbedaan – perbedaan yang besar antar yang satu
dengan yang lain. Perbedaan individula dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain :
1.
Faktor
keturunan
Perbedaan ini disebabkan karena gen yang yang berasal
dari kromosom sel jantan saling berpasangan dengan gen yang berasal dari betina
dengan cara yang berbeda – beda. Cara yang berbeda inilah yang menyebabkan
perpedaan individual.
2.
Faktor
lingkungan pengaruh faktor psikis
Lingkungan
yang digolongkan menjadi dua yaitu lingkungan statis dan lingkungan dinamis,
semua akan mempengaruhi perbedaan individual contohnya :
Ø Pengaruh lingkungan
statis orang yang ada di pegunungan badanya lebih kuat, paru – paru yang bersih
dari pada ornag yang tinggal di nagari, sebaliknya orang nagari lebih handal dalam
menggunakan akal.
Ø Pengaruh lingkungan
dinamis
Orang
yang tinggal di daerah pondok pesantren lebi cenderung menjadi santri, orang
tinggal didaerah hutan cenderung menjadi orang jahat.
3.
Pengaruh
dalam aspek kecakapan
Ø Faktor kognitif atau
disebut penalaran, penalaran seseorang terhadap suatu benda – benda orang yang
satu dengan orang yang lain. Sedangkan penalaran adalah salah satu aspek
kepribadian, sehingga perbedaan penalaran menyebabkan perbedaan kepribadian.
Ø Faktor efektif
Aspek
budi pekerti yang akan mempengaruhi perbedaan budi pekerti individu – individu.
Ø Faktor psikomotorik
Kemampuan
menyusun mekanisme kerja sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadpainya dan
mampu menciptakan teknologi yang baru. Tingkatan ini yang membedakan seseorang
dengan yang lain.
Ø Faktor campuran
Campuran
antara faktor efektif dan psikomotorik.
4.
Pengaruh
dalam aspek kecakapan
Pengaruh
dalam aspek ini dapat diklasifikasikan menjadi 4 hal sebagai berikut :
Ø Ada siswa yang cepat dan
tepat dalam bertindak penuh kemudahaan
Ø Ada siswa yang cepat
tetapi tidak tepat
Ø Ada siawa yang tidak
cepat tetapi tepat
Ø Ada siswa tidak cepat dan
tidak tepat bahkan banyak kesulitan dan hambatan
Hal
– hal di atas dapat dapat diambil kesimpulan bahwa jenis – jenis perbedaan
individu terletak pada perbedaan :
Ø Kecerdasan ada anak
lamban dan ada anak IQ nya tinggi
Ø Bakat masing – masing individu
Ø Keadaan jasmani
Ø Penyesuaian sosial
Ø Prestasi belajar
Ø Faktor psikomotorik
Ø Faktor campuran
Perbedaan
– perbedaan diatas dipengaruhi oleh faktor – faktor
Ø Keturunan
Ø Lingkungan stastis dan
dinamis
Ø Psikis yang meliputi
kognitif, efektif, psikomotorik dan campuran
Ø kecakapan
Hasil
Evaluasi yang revelan
Dari
skripsi yang berjudul “Pengelolaan Proses Belajar Mengajar pada mata pelajaran
IPA kelas 5 Sekolah dasar negeri di Lingkungan Ranting Dinas P&K Kecamatan
Kasihan Bantul” yang ditulis oleh siti Aminah (1999: 73), kesimpulanya
bahwa Evaluasi proses beljara mengajar
mata pelajran IPA di SD Negeri se-ranting dinas Kecamatan Kasihan Bantul dapat
dikategorikan scukup baik dengan rerata 3,22 meliputi perencanaan dan bentuk
materi tes, tingkata kerukraan soal, pemeberian tes lisan, tes formatif,
pedoman penilaian, pertimbangan tingkah laku, dan penilaian penmberitahuan
hasil belajar, pemberian kegiatan remidial dan pengayaan.
Sedangkan
dalam skripsi yang berjudul “Pengelolaan Proses Belajar Mengajar Bidanag Studi
IPA Pada Guru SLTP Lulusan Penyetaraan D3 IPA Universitasa Terbuka Se-Kabupaten
Sleman” dengan Pengarang Feranita Widyaningrum (1999: 98) yang berkesimpulan
bahwa pengelolaan PBM bidang Studi IPA pada Guru SLTP Lulusan Penyetaraan D3
Ipa Universitas Terbuka Se-Kabupaten Sleman berdasar pada tinjauan perencanaan
pengajaran, pelaksanaan pengajran dan evaluasi pengajaran.
Daqn
dalam skripsi yang berjudul “peningkatan proses dan hasil belajar Matematika
melalui pemberian pekerjaan rumah yang memperhatikan perbedaan individual pada
siswa kelas 5 Sekolah Dasar Demakijo II tahun 1998/1999” yang ditulis oleh Dwi
Susanti (2000: 106) menyimpulkan bahwa melakukan pengecekan kemampuan awal
yaiotu pemahaman siswa terhadap bahan pelajaran kelas setidaknya kelas IV,
dengan cara mengadakan tes tertulis, disamping itu juga mengecek kebiasan siswa
dalam mengerjakan pekerjaan rumah.
Arikunto,
Suharsimi & Cepi Safruddin Abdul jabar. 2007. Evaluasi Program Pendidikan
Pedoman Teoretis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan. Jakarta: Bumi akasara
Tayibnapis,
farida Yusuf. 2000. Evaluasi Program. Jakarta: Rineka Cipta
Salameta,
dkk.1995. Belajar dan faktor – faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Tim
Penulis Buku Psikologi. 1991. Psikologi pendidikan. Yogyakarta: FIP IKIP
Yogyakarta.
Dimyanti
Mahmud, M.1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Dep. P7K Dirjen Perguruan Tinggi
Badudu
dan Zain. 1996. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Sumardi
Soeryabrata. 1981. Psikologi pendidikan I. Yogyakarta : Reke Press
Ruseffendi,
dkk. 1991. Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Depdikbud
Tidak ada komentar:
Posting Komentar